onmousedown="return false" oncontextmenu="return false" onselectstart="return false"

Monday, January 4, 2010

Sasaran Terakhir 

Ketika ketakutan telah menghantuimu, mampukah engkau bertahan hidup…
Ketika takdir kematian menjemputmu, mampukah engkau lari darinya...
Ketika semua kebahagian telah sirna, apa yang kau rasakan dibenakmu…



Kring…kring…kring…jam weker berbunyi ,menunjukkan pukul 4 pagi. Aku yang sedang berkelana dalam mimpiku segera membuka mata untuk menyapa pagi yang indah ini. Ya… hari ini memang special, hari ini siswa-siswi kelas 3 SMAN 1 Unggulan Bandung, mengadakan kegiatan Observasi atau karya wisata ke Jepang, tentu kan banyak kenangan yang terukir dihati mereka saat karya wisata tersebut.Aku pun langsung beranjak dari tempat tidurku dan duduk dikursi dalam kamarku. “Akhirnya hari ini datang juga, pasti akan seru banget…” lamunku. “Do, ayo lekas bangun!”sapaan ibu dari luar segera membuyarkan lamunanku. “ya bu, do dah bangun”sahutku dari dalam. Ya namaku Edo, cowok yang genius,pemalu,pendiam dan punya perasaan yang sangat sensitive. Aku pun segera keluar dari kamarku.”Ayo do…cepat berkemas udah mo pukul 5 neh” perintah ibu padaku. “ Ok bu…” sahutku dengan semangat. Ya…memang semua barang – barang yang mo dibawa sudah kukemas malam tadi, sekarang tinggal mengecek, kalau ada yang ketinggalan. Waktu telah menunjukkan pukul 04:45 pagi. “ Udah siap do?” Tanya ayahku, “ sudah yah, semuanya beres, yuk kita berangkat” sambutku dengan mantap. Aku sengaja berangkat pukul 04:45 dr rumah, karna emang rumahku jaraknya 6 km dari sekolah sedangkan kami start pukul 5 dari sekolah.
Tak lama kemudian, aku tiba disekolah bersama Ayah, Ibu dan Ran yang mengantarku, bus yang akan kami tumpangi sudah ada sejak pukul 04:30 pagi, teman – temanku sudah banyak yang menaiki bus itu, tanpa terkecuali aku. “Yah, bu, ran, Do pegi lagi ya”kataku. “Hati – hati ya do, jaga diri baiki – baik” pesan Ayah dan Ibu padaku. Aku segera berjalan menuju bus dan masuk kedalam, aku duduk bersama dengan Riri pacarku. “ Sudah lama chay?” sapaku padanya. “ hmm…Lumayan Yank”. Sahut Riri. Aku pun duduk dan merebahkan badanku. “ Huh’…Aku tegang ri, ntah kenapa dari td perasaanku gak enak” keluhku pada Riri. “ santai aja do, semuanya pasti baik – baik aja, ini kan hari yang sangat bersejarah bagi kita semua’. Jawab riri. Ukh… tanganku menyentuh bekas permen karet yang terletak dibawah jok tempat dudukku. “ sial..”. bus kami pun berangkat dan melaju kencang dengan gagah berani, padahal jalanan banyak tikungannya dan di kanan dan kiri jurang maut menanti kami, dan ternyata benar?
“rem blong” teriak pak supir pada kami. Seisi bus pun teriak dengan histeris” tolong…tolong…tolong…” jerit kami. Bus pun melaju tanpa kendali kemudian menabrak pembatas jalan hingga jatuh ke jurang dan meledak. “Tidak….”jeritku..! “Do…do…do...sadar do!” teriak riri padaku. Jantungku berdetak kencang, nafasku sesak, keringat dingin membanjiri tubuhku. Aku pun kembali merebahkan tubuhku kebangku dan tanganku menyentuh bekas permen karet dibawah jok tempat dudukku..???. “ Ri… ayo cepat keluar ri, bus ini akan jatuh kejurang dan meledak, kira semua akan mati” teriakku lantang. “ ada apa do, kamu mimpi ya?” Tanya didi temanku. “ gak aku benar – benar ngeliatnya, kita semua yang ada didalam bus ini akan mati” sergahku. Tanpa pikir panjang aku pun langsung keluar dari bus itu bersama David, Riri, Rindu, Rindi, Dan ibu guru. Mereka semua adalah sahabat – sahabatku sejak SD dab bu guru adalah tanteku, mereka mencoba menenangkan perasaanku, tapi “brmm…” bus pun berangkat tanpa kami berenam. “ sial” sahut David. Ayah, ibu, dan ran segera menghampiriku.” Loh…kenapa do, kok gak jadi berangkat?” Tanya ayah. “ gini om, tadi kata do ia ngeliat mobil bus yang kami tumpangi jatuh kejurang dan meledak, makanya do histeris dan langsung keluar dari bus, kami berenam pun mengikuti do keluar, eh bus nya malah langsung pergi tanpa kami” jelas riri panjang lebar.” Apa yang kamu liat do?” Tanya ayah. Tapi…. “Tolong…tolong…tolong…mobil bus karya wisata jatuh kejurang dan meledak” jerit para warga. “ ha’…” kami semua bengong seakan tak percaya dan tanpa terasa air mata telah membanjiri pipi kami semua.
“Tidak…” teriak para orang tua yang masih berada di sekolah yang anak mereka menumpangi bus tersebut. Bus tersebut jatuh kedalam jurang yang jaraknya 1 km dari sekolah ku, para warga sekitar pun langsung berbondong – bondong lari menuju lokasi kecelakaan untuk mengevakuasi para korban, dan ternyata tak ada seorang pun yang selamat, tubuh mereka semua hangus terbakar dalam bus itu. Yang tersisa hanyalah tulang berulang yang rapu dan berwarna hitam. Pagi itu menjadi lautan air mata bagi semua orang.
Keesokan harinya, tubuhku seolah tak ingin digerakkan, hatiku seakan malas untuk menatap hari ini, kejadian kemarin masih membekas dalam ingatanku.” Ternyata hari itu memang luar biasa? Ini tidak adil, kenapa Tuhan mengambil hari yang seharusnya jadi kenangan terindah bagiku, bukan mimpi buruk yang selalu menghantui langkahku dalam menjalani hari – hari.” Kesalku dalam hati. Sudah jam tujuh pagi dan aku pun segera bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi, aku gak mau keluar hari ini, tapi…? “Do…do…bangun do… ada riri dibawah” teriak ibu dari bawah. “ ha, riri, ngapaen dia kesini” gumamku. “edo… do… ayo bangun?” teriak ibu dari luar .”iya – iya bu”gerutuku dari dalam dan langsung menemui riri.
“napa Ri, koq tumben pagi – pagi kerumah”? sapaku pada riri
“Do, aku masih teringat kejadian kemarin” jawab Riri
“iya ri, peristiwa kemarin seolah jadi mimpi buruk dalam hidupku” sahutku pada Riri
Di kediaman buk Wati, seperti halnya anak – anak nya, beliau juga malas untuk menatap hari ini. Buk wait pun berjalan lunglai menuju dapur rumahnya untuk menyiapkan sarapan. Ia pun mengambil botol air minum dari dalam kulkas dan meminumnya, setelah itu ia letakkan diatas meja makan dengan satu set pisau tertata rapi diatas meja tersebut. Setelah memotong bumbu – bumbu untuk sarapan, bu wati pun menyalakan kompor gas guna memasak air panas untuk membuat teh. Lalu berhembus angin kencang dari luar, dan tanpa bu wait sadari botol minum yang berada di meja makan tumbang dan air bekas minumnya tumpah kelantai. “ukhh… dinginnya”. Jawab bu wati terhadap angin tersebut. Lalu ia berjalan menuju meja makan, tapi..? “akhh” dia tergelincir karena air yang tumpah tadi dan tiba – tiba angina kencang kembali berhembus dari luar membuat tempat yang telah disusun rapi tumbang dan tiga buah pisau menerjang paha dan kaki bu wati. “Akhh….” Keluh bu wati. Ia pun mencoba berdiri namun tidak bisa, kakinya sakit sekali, sementara itu kompor gas bu wati tetap menyala dan lagi – lagi angin membawa kain gorden menuju api dan terbakar. Bu wati pun segera merangkat menuju pintu untuk keluar dari dapur, ketika ia hendak membuka pintu tiba – tiba kunci pintunya patah dan ia terkunci didalamnya. Bu wati pun cemas ia tidak bisa keluar sementara api sudai mulai membesar dan apa yang terjadi. Duaarrr….kompor gas bu wati meledak dan bu wati pun hangus terbakar didalam dapurnya sendiri.
Beberapa menit dirumah edo sebelum kejadian tersebut.
“ ri aku bosan menatap hari – hariku, sekarang tak ada lagi teman – teman”. Ucapku pada riri, sambil memain – mainkan mancis ditanganku. “sudahlah do, ikhlasin aja, kan masih ada kami, kami kan juga teman baikmu, dan aku akan selalu ada dihatimu do” jawab riri. Angin kencang pun berhembus dan membuat bulu kudukku berdiri namun hari tidak menunjukkan tanda – tanda akan hujan. “ perasaan ku gak enak ri, rasanya persis seperti ketika aku di dalam bus kemarin” desahku dan “Akh…” api mancis yang ku mainkan tadi membakar tanganku. “apa yang terjadi do?” Tanya Riri cemas. Namun kring….kring…. seseorang menelpon diseberang sana, aku pun bergegas menuju telfon rumah dan menjawabnya.
“halo…ini siapa?”
“ halo… ini edo ya?”
“iya…ini siapa?”
“ ini paman do, tetangganya tante wati”
“oh… kenapa paman”
“ gini do, rumah kediaman tante mu terbakar dan jenazah tante mu ditemukan hangus terbakar”
“apa… gak mungkin” aku pun terdiam dan menangis seraya menjatuhkan gagang telfon.
“ ada apa Do?” Tanya seisi rumah cemas.
“yah, bu, ri, tante Wati rumah tante wati terbakar, dan ia ditemukan tewas mengenaskan di dapurnya” jawabku dengan sedih sambil mencucurkan air mata.
Hari ini kami kembali menangis, sampai mata kami tak mampu lagi mengeluarkan air mata. Bagaimana tidak, belum hilang kesedihan kemarin telah datang lagi bencana yang maha dahsyat ini.
Malam nya yang bertepatan dengan malam minggu. Aku tak mau kemana – mana malam ini. Aku lebih memilih stay at home dan bermain internet, tak sengaja aku membuka situs www.finaldestination.com. Ku amati satu persatu tampilan – tampilan yang ada dalam situs tersebut dan kubaca artikel – artikelnya dengan cermat dan penuh perhatian . aku pun teringat kejadian – kejadian yang menimpa kami semua dan ternyata persis seperti yang dialami pada sekelompok orang di negri lain. Salah satu dari mereka, mendapat tanda – tanda sebelum kejadian menggenaskan terjadi lagi sesuai dengan rancangan kematian mereka. “rancangan kematian? Apa maksudnya?” Tanyaku dalam hati. Aku pun berfikir keras apa rancangan kematian bagi kami semua?. Setelah 2 jam, sambil kucoret – coret diselembar kertas, barulah aku menemukan suatu rancangan kematian itu. Yaitu berdasarkan tempat duduk penumpang yang selamat:
Sementara itu, David dan Rindi adalah sepasang kekasih, mereka kencan malam minggu ini. David mengajak indi ketengah danau dengan perahu boat miliknya, mereka ingin menghabiskan malam yang romantis ini berdua tanpa ada apapun yang mengganggu mereka. Mereka bercanda bermesaraan tanpa menghiraukan apapun, yang ada dihati mereka berdua hanyalah cinta, dan tanpa terasa mereka tertidur. Dan tik…tik…tik… tetesan hujan membasahi wajah mereka hingga memaksa mereka membuka mata. Waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 wib. “ say pulang yuuk…! Ndi takut” bujuk Rindi sambil ketakutan menatap sekelilingnya dan hanya mereka berdua yang ada ditempat itu. “ Ok…ayo kita segera pulang, sebentar lagi akan ada badai dan hujan lebat, tapi kamu gak usah takut, ka nada aku disini.”! Jawab David mantap. Lalu david pun mencoba menyalakan mesin motor boat nya, berkali – kali ia mencoba namun mesin itu tetap tak bisa menyala. “ gawat ndi…mesin nya gak mau nyala, padahal sore tadi sudah kuperiksa semuanya, dan baik – baik aja koq. Sumpah”. Angina pun berhembus semakin kencang dinginnya begitu menusuk hingga ketulang mereka. “ cepat nyalakan vid. Ndi ingin pulang” perintah Rindi cemas. “aku sudah mencobanya, tapi tetap dak bisa” jawab David panik.
Rindi pun menangis tersedu – sedu… sedangkan David cemas, panik, dan keringat dingin bercucuran ditubuhnya, ia gak tau apa yang kan ia lakukan, daratan masih sangat jauh dari tempat mereka. Mereka pasrah dan berpelukan…! “Vid ndi takut” tangis Rindi. Dan tiba – tiba angin kencang berhembus menghantam perahu mereka dan terbalik, mereka berdua pun jatuh kedanau yang dinginnya maha dahsyat. Ndi…Ndi…Ndi… cepat kesini pegang tanganku” teriak david. “Vid tolong aku, aku gak pande berenang” jerit rindi. akhirnya mereka berpegangan tangan juga. “ dingin Vid” tangis Rindi. Tiba – tiba petir pun menggelegar dan membuat mereka kaget. “ dasar petir sialan, bikin tambah masalah aja” keluh david. Seketika itu juga petir menyambar mereka berdua membuat mereka tak berdaya, tubuh mereka hangus terkena hantaman petir tersebut dan tenggelam kedalam danau maut trsebut.
Sementara itu dikediaman edo, lagi – lagi edo mendapat tanda – tanda dari rancangan kematian David dan Rindi sekitar 15 menit sebelum David dan Rindi tersambar petir.
“Jika perasaanku benar, berarti yang berikutnya adalah David…?” pikirku. Dan seketika angin malam masuk melalui jendela kamarku membuatku merinding. Aku pun gak menghiraukannya, aku asyik dengan temuanku di internet. Tiba – tiba, bzzs…bzzs… lampu belajar diatas meja dekat computer berkedip tanpa sebab. Aku pun juga tak peduli akan hal itu, namun angin kembali bertiup masuk kekamarku dan membuatku merinding lagi, perasaanku gak enak lagi dan persis yang kurasakan sesaat kejadian – kejadian mengerikan itu menimpaku. Dan tiba – tiba lampu belajar ku mati..?? aku pun heran kenapa bisa begitu. Lalu kubaca pesan dari artikel yang kubaca di internet yang bertulis “ kenali tanda – tanda yang datang sebelum kematian agar rancangan kematian itu dapat ditaklukkan”.
Keesokan harinya, ‘Edo…edo…edo… cepat turun! Ada hal penting nih” teriak ibu lantang. Mataku yang masih 5 watt kupaksakan untuk menatap hari ini dan segera menemui ibu. “ ada apa bu?’ tanyaku pada ibu. “ Ayo cepat mandi Do…! Kita akan pergi kerumah duka”. Sergah ibu padaku, “ emangnya siapa yang meninggal bu?” tanyaku dengan penuh kecemasan. “ Do… kamu sabar ya… David da rindi semalam disambar petir di danau” jawab ibu sedih. “Ha’…. Gak mungkin bu” tangisku pilu seakan tak mau menerima kenyataan itu. Rasanya kuingin lari sejauh mungkin dari dunia maut ini, tanpa pikir panjang aku pun segera mandi dan langsung menuju rumah duka.
Setibanya disana, ternyata Riri mendahuluiku tuk menemani Rindu yang kehilangan saudara kembarnya. “ sabar ya Rin…” sapaku pada rindi. “ Do, Indi Do…..” tangis Rindu. Aku dan Riri pun tak kuasa menahan tangis pilu ini. Begitu banyak cobaan setelah kecelakaan maut kemarin menimpa kami. Kami semua pun teringat atas semua cobaan yang menimpa kami, ketika asyik bernostalgia, mataku pun tiba – tiba tertuju pada seorang anak kecil yang bermain dengan mobil – mobilannya serta sebuah boneka yang mirip dengan manusia, boneka itu ditabrakkan dengan mobil- mobilan itu. Lalu aku pun teringat dengan rancangan kematian yang kutemukan malam tadi, kuingin perlihatkan rancangan itu pada Riri dan Rindu. “ Ri, Rin aku ingin bicara bertiga pada kalian” ucapku memulai pembicaraan. “ kenapa Do” Tanya rindi heran. “ begini, semalam aku tak sengaja membuka situs www.finaldestination.com lalu kutemukan artikel mengenai rancangan kematian seperti yang terjadi di London, saat karya wisata semua mahasiswa yang berada dalam pesawat mati karna kecelakaan pesawat, kecuali tujuh orang yang keluar dari pesawat sebelum lepas landas dikarenakan salah satu dari mereka mengaku melihat kecelakaan itu sesaat sebelum keberangkatan tersebut. Lalu tujuh orang yang keluar dari pesawat itu kemudian mati secara menggenaskan sesuai dengan rancangan kematiannya, dan peristiwa itu mirip dengan yang kita alami sekarang.” Terangku panjang lebar. “ maksudnya kita semua akan mati Do?”. Tanya Rindu cemas. “ gak, kalau kita merusak rancangan itu”. Jawabku tegas. “ lalu bagaimana dengan rancangan itu, apakah kau sudah menemukannya?” Tanya Riri. “ ya aku sudah menemukannya, lihat ini!” mereka semua melihat rancangan itu dengan seksama. “ coba terangkan apa maksud dari rancangan ini do?” pinta Rindu. “ begini, lihat tempat duduk teman – teman yang selamat dari kecelakaan itu membentuk segitiga siku – siku, dan sudut yang paling atas adalah korban yang pertama yaitu bu Wati, dan yang kedua serta yang ketiga adalah David dan Rindi sesuai dengan garis yang mengenai mereka jika segitiga itu dihubungkan dengan garis.” Jelasku. “ berarti yang selanjutnya adalah aku” ujar Rindu. Aku dan Riri pun menoleh kea rah Rindu. “ gak Rin, dalam situs itu juga diterangkan, jika kita bisa menterjemahkan tanda – tanda sebelum kematian, kita bisa merusak rancangan itu”. Hiburku pada Rindu. “ gak…aku adalah yang selanjutnya” jerit Rindu. Rindu pun berlari sambil menangis. Dan tiba – tiba mataku kembali menoleh tanpa sadar kearah anak yang bermain mobil – mobilan tadi yang begitu asyik dengan permainannya, perasaanku gak enak, bulu kudukku berdiri dan keringat dingin mulai membasahi bajuku, “ini adalah petunjuknya”. Pikirku sambil menoleh kearah anak itu, sementara Rindu pun terus berlari tanpa tujuan. Aku pun mengerti dengan petunjuk itu. “ Awas… jangan menyeberangi jalan Rin….!” Teriakku pada Rindu, tapi terlambat! Ciiit….Bruk…. Rindu ditabrak mobil fuso yang berkecepatan tinggi, dan membuat tubuhnya remuk! “ Rindu….” Jerit Riri sambil menangis. Dan aku pun tak kuasa menahan air mata yang jatuh membasahi bumi. Riri pun terus menangisi kepergian Rindu sambil menggapai jenazah Rindu yang sudah gak berbentuk lagi dan dibanjiri oleh darah. “ jangan tinggalin aku Rin” tangis Riri. Lalu Rindu pun dimakamkan hari itu juga bersama dengan jenazah saudaranya Rindi dan sahabatnya David.
Keesokan harinya, Riri pun langsung menemui Edo kerumahnya untuk menanyai lebih jelas mengenai rancangan kematian itu. “Eh Ri… ada apa Ri? Pagi – pagi udah kemari, kangen ya”. Canda Edo seolah ingin membuang rasa sdih dimukanya. “ Do…aku ingin bicara tentang rancangan kematian itu” jawab Riri. “ O… ya udah…mari masuk!” perintahku pada Riri. “ Do perlihatkan padaku rancangan kematian itu lagi”. Pinta Riri. “ baik tunggu sebentar ya” sahutuku. Lalu aku pun segera mengambilnya dikamarku. “ini Ri, emangnya kenapa” tanyaku. “ Do….berarti kamu yang selanjutnya” tangis Riri setelah melihat rancangan itu. “ sudahlah Ri….ingat kataku, kita akan rusak rancangan ini” jawabku mantap. “ tapi Do…aku gak mau kehilanganmu, sudah cukup sahabat – sahabatku yang pergi, tapi jangan kamu Do, Aku sayang banget sama kamu”. Tangis Riri sambil memelukku. “ iya Ri, aku gak akan ninggalin kamu, ku juga sayang banget ama kamu. By the way, mo minum apa ri?” tanyaku pada Riri. “gak usah repot – repot Do, air putih aja” pinta Riri padaku. “ loh koq musti repot, buat calon istri” candaku pada Riri. Aku pun pergi kedapur untuk mengambilnya. Namun ketika didapur perasaanku mendadak gak enak, badanku terasa dingin seolah – olah ditiup angin, dan tanpa sengaja kulihat ada bola kaki diatas lemari dapur. “ ha’ bola? Bola siapa itu, perasaan aku gak pernah punya bola seperti itu, dari mana datangnya” tanyaku dalam hati. “ inikah petunjuknya” aku terus berfikir dari mana asal bola itu. Lalu aku pun segera mengantarkan minuman kedepan. Angin bertiup kencang, tampaknya akan turun hujan. Sesampai diruang tamu aku pun segera meletakkannya di atas meja. Dan kemudian berdiri lagi disamping lemari. Angin yang bertiup kencang, membuat pajangan piring diatas lemari jatuh dan hendak menimpaku kepalaku. “ awas Do…” Teriak Riri sambil mendorong tubuhku hingga kami berdua pun jatuh dan piring tadi pecah tepat disamping kepalaku. “ukh…hampir saja” desahku. “Thank’s ya Ri kau telah menyelamatkanku” ucapku pada Riri. “iya sama – sama do” jawab Riri yang masih terbaring dilantai bersama Edo. Tapi nasib berkata lain, angin kembali bertiup hingga membuat bola bowling yang ada diatas lemari Edo jatuh menimpa kepala Riri disamping kanan Edo hingga pecah, muka Edo pun berlumuran darah. “ Tidak….” Jerit Edo, seakan tak percaya dengan semuanya, orang yang paling berarti dalam hidupnya harus pergi darinya dihadapannya dengan cara tidak wajar. Tapi semuanya telah berakhir pikirnya. Rancangan kematian telah dirusak oleh Riri, yang seharusnya mati adalah aku tapi karna Riri yang menghalanginya, maka rancangan itu jadi berantakan.
Enam bulan kemudian. Aku hendak pergi kerumah nenek di Pekanbaru naik pesawat terbang, aku hanya sendirian. Lalu datanglah seorang wanita yang wajahnya sangat mirip dengan Riri dan duduk disamping tempat dudukku. “hai…namaku Santi” sapanya sambil mengulurkan tangan. “aku Edo” sambutku padanya.”mau kemana do?” Tanya santi. “hmmm aku mau ke Pekanbaru, ke tempat nenekku” jawab edo. “kamu kemana” tanyaku balik padanya. “aku mau pulang kerumahku di Bangkinang, sekitar 1 jam dari Pekanbaru naik mobil.”jelas Santi padaku. Namun tiba – tiba pesawat hilang kendali, pintu darurat terbuka secara tiba – tiba dan selang oksigen dikenakkan oleh semua penumpang, semua cemas, takut, dan menjerit – jerit minta tolong. Sayap kanan pesawat mengeluarkan asap hingga membuat pesawat oleng kekiri, penumpang yang berada dekat pintu darurat beterbangan keluar bagaikan kapas. Tangis dan jeritan pun menghiasi pesawat itu dan akhirnya pesawat meledak di udara, semua penumpang meninggal.”Tidak……” jeritku…
“ hai…bangun…bangun” ucap seseorang padaku. Aku pun terbangun dengan nafas sesak, jantung berdebar kencang dan keringat dingin bercucuran dimana – mana. “ kamu kenapa?” sapanya padaku.” kita harus keluar dari pesawat ini...!!!” jeritku..santi dan penumpang lainnya kaget mendengar jeritanku...namun pesawat sudah lepas landas..dan tak lama kemudian pesawat tersebut meledak berkeping – keping seperti yang dilihat edo sebelumnya.

No comments:

Post a Comment

Blog ini masih butuh saran dan kritik.
Oleh karena itu dimohonkan kepada siapa saja yang bersedia untuk memberikan komentar, baik berupa saran maupun kritik yang membangun untuk blog ini.
Terimakasih.